Rumah > Berita > berita industri

Produsen mobil Tiongkok melancarkan serangan balik skala penuh! Dua produsen mobil Jepang menarik diri dari pasar Thailand

2024-06-12

Dua produsen mobil ternama Jepang, Suzuki dan Subaru, baru-baru ini mengumumkan akan menutup pabrik produksinya sepenuhnya, sebuah keputusan yang menarik perhatian luas di industri dan pasar.


Pada tanggal 7 Juni, Suzuki Motor mengumumkan akan menutup pabrik produksinya di Provinsi Rayong, Thailand pada akhir tahun depan, dan berhenti memproduksi mobil dan truk di Thailand. Kedepannya akan memusatkan sumber daya pada produksi kendaraan listrik dan kendaraan hybrid di wilayah lain. Dapat dipahami bahwa pabrik tersebut telah gagal memenuhi target produksi tahunan sebesar 60.000 kendaraan sejak beroperasi, terutama dalam konteks pesatnya perkembangan kendaraan energi baru, dan kapasitas produksi kendaraan berbahan bakar berlebih telah menjadi beban yang tak tertahankan. Suzuki Motor menegaskan, pasca penutupan pabrik di Thailand, pihaknya akan tetap mempertahankan penjualan dan layanan purna jual. Pihaknya berencana terus melakukan penjualan dan layanan purna jual di Thailand dengan mengimpor mobil dari pabrik lain di kawasan ASEAN, Jepang, dan India.

Selain Suzuki Motors, Subaru Motors juga memutuskan menutup pabrik produksinya di Thailand dan memberhentikan pekerja produksi yang ada. Diketahui bahwa Pabrik Subaru Thailand (TCSAT) didanai bersama oleh Subaru Motors dan Chen Chang International Co., Ltd. (TCIL), dimana Chen Chang Group memegang 74,9% dan Subaru memegang 25,1%. Pabrik tersebut berlokasi di Kawasan Industri Lad Krabang di Bangkok, Thailand. Diketahui, alasan penutupan pabrik tersebut karena penjualan Subaru yang terus menurun di Thailand, produksi yang tidak mencukupi, dan inefisiensi sehingga mengakibatkan defisit semakin melebar sehingga menyulitkan operasional normal. Diketahui bahwa setelah penutupan pabrik di Thailand, Amerika Serikat menjadi satu-satunya basis produksi Subaru di luar negeri di luar Jepang.

Baik itu Suzuki Motor maupun Subaru Motor, penutupan pabrik di Thailand menunjukkan bahwa mereka menghadapi tekanan penjualan yang besar, tetapi juga menghadapi tekanan transformasi listrik, dan jalan transformasi mereka juga penuh tantangan. Penarikan diri Suzuki Motor dan Subaru Motor juga mencerminkan menguatnya daya saing merek mobil Tiongkok di pasar global, sehingga memperlihatkan kelambanan dan dilema produsen mobil Jepang dalam transisi energi baru.


Malaysia telah melampaui Thailand selama tiga kuartal berturut-turut dan menjadi pasar terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah Indonesia. Menurut Asosiasi Otomotif Malaysia, penjualan mobil di Malaysia naik 5% YoY menjadi 202.200 unit pada Kuartal 1 tahun ini. Sebelumnya, penjualan mobil di Malaysia naik 11% year-on-year menjadi 799.700 unit pada tahun 2023, sebuah rekor tertinggi.

Sebaliknya, di Thailand yang dianggap sebagai "Detroit Asia", penjualan mobil masih lesu. Pada Kuartal 1 tahun ini, penjualan mobil di Thailand turun 25% year-on-year menjadi 163,800 unit. Diketahui bahwa mulai Juni 2023, karena peningkatan kredit mobil bermasalah dan stagnasi konsumsi secara keseluruhan, penjualan mobil di Thailand mulai menurun dari tahun ke tahun, namun pangsa kendaraan listrik meningkat karena masuknya kendaraan listrik. produsen mobil Tiongkok.


Di era kendaraan bahan bakar, Thailand memanfaatkan peluang kuatnya kebangkitan produsen mobil Jepang untuk mengambil alih sebagian kapasitas produksi ekspor Jepang ke luar negeri. Langkah ini tidak hanya memecahkan kapasitas produksi mobil tahunan dari 360.000 pada tahun 1997 menjadi 2,45 juta pada tahun 2012 namun juga menyelesaikan transformasi industri otomotif terutama ke pasar ekspor. Setelah memasuki era kendaraan energi baru, situasi industri otomotif global telah mengalami perubahan yang luar biasa. Thailand juga mulai beradaptasi dengan situasi dan berturut-turut meluncurkan dua kebijakan insentif kendaraan energi baru, EV3.0 dan EV3.5. Kebijakan ini juga menarik para produsen mobil asing untuk berinvestasi pada produsen mobil Tiongkok yang membangun pabrik untuk memproduksi kendaraan listrik di Thailand.


Sejauh ini, delapan produsen mobil Tiongkok, termasuk SAIC Motor, Great Wall, dan BYD, telah mengonfirmasi rencana membangun pabrik di Thailand untuk memproduksi kendaraan listrik. Tentu saja, dengan kebijakan yang relevan, produsen mobil Jepang juga dapat dirangsang melalui produsen mobil Tiongkok untuk memandu produsen mobil Jepang agar berinvestasi lebih banyak di pasar Thailand. Namun, dari sudut pandang saat ini, dalam menghadapi pasar Thailand yang kompleks dan lambatnya transformasi produsen mobil Jepang, masih banyak perusahaan yang memilih untuk menarik diri dan menyerahkan pasar ini kepada produsen mobil Tiongkok. Selanjutnya, saya khawatir hanya pembuat mobil Tiongkok yang akan bersaing dengan pembuat mobil Tiongkok.


--------------------------------------------------- --------------------------------------------------- --------------------------------------------------- --------------------------------------------------- ----------------------------------------



X
We use cookies to offer you a better browsing experience, analyze site traffic and personalize content. By using this site, you agree to our use of cookies. Privacy Policy
Reject Accept